Sabtu, 08 Oktober 2011

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Satuan Acara Penyuluhan
Pokok Bahasan                       : Diabetes Melitus
Sub Pokok Bahasan                :
·         Pengertian Diabetes Melitus
·         Penyebab Diabetes Melitus
·         Pencegahan Diabetes Melitus
Sasaran                                    : Masyarakat Desa Jinengdalem Dusun Dalem
Target                                      : Ibu-Ibu PKK Desa Jinengdalem Dusun Dalem
Waktu                                     : 50 Menit
Tempat                                    : Bale Banjar, Desa Jinengdalem
Hari/Tanggal                           : Rabu, 20 September 2011
Penyuluh                                 : Mahasiswa semester III PSKI angkatan 2011 Unud   Denpasar

I.                   Latar Belakang                  :
Diabetes Melitus adalah kelompok penyakit metabolic yang ditandai dengan hiperglikemi yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, kerja insulin,atau keduanya. Sekarang ini banyak terjadi kasus diabetes mellitus di Indonesia. Indonesia termasuk negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak (No.4) di dunia. WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, dengan asumsi prevalensi diabetes di daerah urban 14,7% dan daerah rural 7,2%.
Di Desa Jinengdalem Dusun Dalem Kabupaten Buleleng, dari data puskesmas Buleleng II setempat melaporkan kasus DM terutama tipe 2 semakin banyak. Factor yang menyebabkan tmbulnya DM yaitu pola makan yang tidak teratur serta pola hidup yang tidak sehat. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pola hidup sehat serta cara mencegah DM menjadi factor predisposisi untuk menjadi Penderita Diabetes Melitus. Oleh karena itu diadakanlah penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan tentang pola hidup sehat dan cara mencegah Diabetes Melitus.

II.                Tujuan Penyuluhan                       :
a)      Tujuan Instruksional Umum/TIU
Setelah dilakukan peyuluhan diharapkan masyarakat dapat mengetahui tentang cara pencegahan Diabetes Melitus dan Pola Hidup Sehat.
b)      Tujuan Instruksional Khusus/TIK
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x 50 menit, diharapkan pada masyarakat mampu:
·         Menjelaskan pengertian Diabetes Melitus.
·         Menjelaskan tentang factor penyebab Diabetes Melitus.
·         Menjelaskan tentang pencegahan  Diabetes Melitus.

III.             Susunan Acara  
No
Langkah-langkah
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Sasaran
1.       
Pendahuluan
10’
-          Memberi salam
-          Memperkenalkan diri
-          Menjelaskan maksud dan tujuan

-          Menjawab salam
-          Menjawab pertanyaan
2.       
Penyajian
25’
-          Menjelaskan  tentang pengertian Diabetes Melitus
-          Menjelaskan tentang factor penyebab Diabetes Melitus
-          Menjelaskan cara pencegahan Diabetes Melitus
-          Mendengarkan dengan seksama
3.       
Evaluasi
10’
-          Tanya jawab
-          Menanyakan kembali

-          Partisipasi aktif

4.       
Penutup
5’
-          Meminta /memberi pesan dan kesan
-          Member salam penutup
-          Member pesan dan kesan
-          Menjawab salam

IV.             Strategi Pelaksanaan

1.      Metode                                    : Ceramah, Tanya Jawab
2.      Media                                      : Leaflet, Slide
3.      Materi                                      : Terlampir

V.                Setting Tempat                 
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penceramah atau pembicara.



                                                                                   Keterangan
                                                                                               penyuluh
                                                                                              
                                                                                               peserta

VI.             Pengorganisasian              
-          Pembawa Acara          : Kadek Ratna Sawitri
-          Moderator                   : Deni Mahadewi
-          Notulen                       : Indah Hermayoni
-          Penyaji                                    : Komang Tri Budi Utami
  Ngurah Dwi Rahayu
-          Observer                      : Dwija Arnatha
  Someita
-          Fasilitator                    : Komang Arya Oktaviatara
Deby Kristianti Utami
Rai Rawiti
Ari Iswari
VII.          Rencana Evaluasi
·         Evaluasi Struktur
Tahap persiapan – awal pelaksanaan
·         Evaluasi Proses
Selama proses berlangsung (jumlah peserta, keaktifan dari peserta,hambatan yang dihadapi selama proses berlangsung)
·         Evaluasi Hasi
Tercapai atau tidaknya TIU dan TIK penyuluhan
Misalnya:
1)      Pengertian Diabetes Melitus
2)      Penyebab Diabetes Melitus
3)      Pencegahan Diabetes Melitus


VIII.       Daftar pustaka                 
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Buku ajar fisiologi kedokteran / Arthur C. Guyton, John E. Hall; alih bahasa, Irawati et al; editor edisi bahasa Indonesia, Luqman Yanuar Rachman et al. edisi 11. Jakarta: EGC, 2007
Price.A.Price&Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.Jakarta : EGC.



Lampiran
Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2jam.  Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif.
Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Pada saat melakukan aktivitas fisik kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi.
Diabetes Melitus ada 2 tipe yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Penderita diabetes mellitus tipe I (diabetes yang tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin.  Sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum usia 30 tahun. Pada diabetes tipe I, 90% sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur. Diabetes  mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin, NIDDM), pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi insulin yang dihasilkan tidak memiliki reseptor sehingga tidak dapat bekerja maksimal. Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas,/I>, 80-90% penderita mengalami obesitas. Diabetes tipe II juga cenderung diturunkan.

Penyebab Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan penyakit multifactor. Diabetes  mellitus tipe I (diabetes yang tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum usia 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (mungkin berupa infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pancreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik. Pada diabetes tipe I, 90% sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur. Pada diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin, NIDDM), pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif. Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas,/I>, 80-90% penderita mengalami obesitas. Diabetes tipe II juga cenderung diturunkan.

Penyebab diabetes lainnya adalah:
·  Kadar kortikosteroid yang tinggi
·  Kehamilan (diabetes gestasional)
·  Obat-obatan
· Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi.
Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi). Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan. Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita  diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakann atau penyakit yang serius. Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala-gejala semala beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis.  Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

Pencegahan Diabetes Melitus
Pola Hidup Sehat tentunya menjadi hal penting yang harus diketahui dan dijalani oleh masyarakat untuk mencegah Diabetes Melitus. Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain:
·         Makan teratur sesuai kebutuhan tubuh.  Komposisi seimbang Karbohidrat (60-70%), protein (10-15%), lemak (20-25%).
·         Mencegah obesitas dengan diit makanan yang tinggi lemak, karena obesitas menjadi predisposisi DM.
·         Mengurangi makanan yang tinggi gula/glukosa.
·         Latihan Jasmani(olahraga): Teratur (3-4 x/minggu)- 30 menit. Sasaran: 75-85% nadi maks . Jenis olah raga: CRIPE (continous, rhytmical, interval, progressive, endurance training)









 





 








 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar